Cari Blog Ini

Sabtu, 06 Agustus 2011

tafsir surat al kuraysi

TAFSIR SURAT QURAISY
 Surat ini terdiri atas 4 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah dan diturunkan sesudah surat At Tiin.
 Nama Quraisy diambil dari kata Quraisy yang terdapat pada ayat pertama, artinya kaum Quraisy. Kaum Quraisy adalah kaum yang mendapat kehormatan untuk memelihara Ka’bah.
 Ada beberapa riwayat yang mengatakan bahwa di antara Surat Al-Fiil (Surat 105) dengan Surat Quraisy 106 ini pada hakikatnya adalah satu. Mereka mengatakan bahwa pasukan gajah itu dibinasakan oleh Allah sampai hancur berantakan adalah karena Allah tidak hanya hendak melindungi kaum Quraisy belaka, namun sebagai miliknya, Allah memelihara Ka’bah-Nya.
 Sementara itu Imam Ibnu Katsir berkata: Surat ini terpisah dari surat sebelumnya dalam shuhuf imam, mereka menulis antara keduanya garis bismillaahirrahmaanirrahiim, meskipun ia bergantung pada surat sebelumnya
HUBUNGAN SURAT
 Hubungan surat Quraisy dengan surat sebelumnya:
Bahwa dalam surat Al-Fiil, Allah SWT menjelaskan kehancuran pasukan bergajah yang hendak merobohkan Ka’bah, sedangkan dalam surat Quraisy Allah memerintahkan kepada penduduk Mekah untuk menyembah Allah pemilik Ka’bah ini.
 Hubungan surat Quraisy dengan surat sebelumnya:
1. Dalam surat Quraisy, Allah menyatakan bahwa Dia membebaskan manusia dari kelaparan, maka dalam surat Al-Ma’un Allah mencela orang yang tidak menganjurkan dan tidak memberi makan orang miskin
2. Dalam surat Quraisy Allah memerintahkan menyembah-Nya maka dalam surat Al-Ma’un Allah mencela orang yang shalat dengan lalai dari-Nya.
KANDUNGAN SURAT
 Surat Quraisy diturunkan di Mekah isinya membicarakan tentang orang-orang Quraisy. Bangsa Quraisy dihormati karena banyak berasal dari keturunan para nabi, dan bahasa Arab yang terbaik adalah dari bahasa Arab bangsa Quraisy.
 Surat Quraisy berbicara tentang kebiasaan orang Quraisy yaitu berdagang untuk mencari nafkah. Berdagang adalah profesi yang disukai oleh nabi. Pada musim dingin mereka berdagang di negeri Yaman, dan pada musim panas mereka berdagang di negeri Syam. Dengan cara berdagang ini mereka menjadi berkecukupan, Allah juga menjaga mereka dari rasa ketakutan dan rasa tidak aman, untuk itulah Allah memerintahkan untuk bersyukur dengan cara beribadah kepada Allah saja, yaitu Sang pemilik Ka’bah.
 Pada surat ini kita diingatkan bahwa hasil usaha bukan semata-mata dari manusia, tetapi karena Allah yang memberi.
Tafsir ayat
لِإِيلَافِ قُرَيْشٍ
"Karena kebiasaan orang-orang Quraisy”
 Ibnu Jarir mengatakan: "Yang benar bahwa huruf lam tersebut adalah lam ta'ajjub (keheranan), seakan-akan mereka dibuat heran oleh kebiasaan kaum Quraisy dan juga nikmat Allah yang Dia berikan kepada mereka dalam hal tersebut."
 Lebih lanjut, Ibnu Jarir mengatakan: "Yang demikian itu karena adanya ijma' kaum muslimin yang menyatakan bahwa keduanya merupakan surat yang terpisah dan masing-masing berdiri sendiri.
 Kalau dalam terjemahan Depag, ayat pertama diartikan, "Karena kebiasan orang-orang Quraish". Hal ini tentunya sulit untuk dimengeri.
 Kata "Li" dapat diartikan "untuk". Sedangkan "Iilafi" dapat diartikan menundukkan atau mengatasi. Bukan dalam arti menundukkan pandangan, tapi mirip kalau kita melihat anak2 kita tunduk pada orang tuanya maka kita akan menjadi senang. Sehingga ayat pertama tersebut dapat diartikan, "Untuk menyenangkan bangsa Quraish".
 Namun terjemahan ini juga masih membingungkan. Sehingga kita perlu membuka tafsir surat sebelumnya (surat al-Fil).
 Dalam surat al-Fil diceritakan kota Mekkah yang diserang tentara Gajah yang dipimpin Abrahah. Akhirnya tentara Gajah dikalahkan oleh pasukan Ababil. Kemenangan ini membuat kota Mekkah menjadi aman kembali sehingga menyenangkan bangsa Quraish pada waktu itu.
 Dengan demikian terasa nyambung terjemahan ayat pertama al-Quraish tersebut. Karena hal ini, ada yang berpendapat al-Fil dan al-Quraish ini sebenarnya merupakan satu surat.
 إِيلَافِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاء وَالصَّيْفِ
 "(Yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.”
 Ayat ini hadir sebagai pengganti ayat pertama dan sekaligus sebagai penafsir baginya; bahwa kebiasaan suku Quraisy adalah melakukan rihlah (bepergian) untuk berdagang pada musim dingin dan musim panas.
 Kaum Quraisy pada umumnya adalah kaum saudagar perantara, yang negerinya (Makkah) terletak di tengah, di antara Utara yaitu Syam dan Selatan, yaitu Yaman.
 Sejak lama sebelum Islam mereka telah menghubungkan kedua negeri itu. Syam di Utara adalah pintu perniagaan yang akan melanjut sampai ke Laut Tengah dan ke negeri-negeri sebelah Barat. Yaman yang ibu kotanya sejak dahulu biasanya di Shan’aa di Selatan membuka pula jalan ke Timur sampai ke India, bahkan lebih jauh lagi sampai ke Tiongkok.
 Ibnu Zaid mengatakan bahwa orang Quraisy itu melakukan dua angkatan perjalanan atau kafilah (caravan). Di musim panas mereka pergi ke Syam dan musim dingin mereka pergi ke Yaman, keduanya untuk berniaga.
 Sejak zaman purbakala telah terentang jalan kafilah di antara: Makkah, Madinah dan Damaskus. Atau: Makkah, Hunain, Badar, Ma’an (Syirqil Urdun). Itu adalah jalan kafilah Utara. Jalan kafilah ke Selatan: Makkah, Thaif, ‘Ashr, Yaman (Shan’aa).
 Perjalanan itu dipelihara dan diperlindungi Allah. Dan lagi negeri Makkah itu berdiri Bait Allah (Rumah Allah) yang bernama Ka’bah, sehingga setiap musim haji orang dari luar pun berduyun-duyun ke sana mengikuti sunnah Nabi Ibrahim. Berkat adanya Rumah Allah di tengah kota Makkah itu, maka tidak putus-putusnya tiap tahun orang datang ke sana, Negeri mereka jadi daerah tertutup, sehingga selalulah makanan mereka selalu terjamin, dan tidak ditimpa kelaparan. Dan disertai rasa aman, sebab daerah Tanah Makkah itu dijadikan daerah terlarang sejak zaman Nabi Ibrahim, tidak boleh orang berperang di sana, tidak boleh binatang buruannya diburu, tidak boleh tumbuh-tumbuhannya dirusak. Aturan ini dihormati oleh seluruh kabilah Arab secara turun-temurun.
 فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ
 "Maka hendaklah mereka beribadah kepada Rabb Pemilik rumah."
 Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan orang-orang Quraisy agar mereka menyembah Allah Pemilik Ka’bah yang telah menyelamatkan mereka dari serangan orang Ethiopia yang bergabung dalam tentara gajah, maka seyogianya mereka hanya menyembah-Nya dan mengagungkan-Nya.
 Allah Ta'ala membimbing mereka untuk mensyukuri nikmat yang agung ini. Maksudnya, hendaklah mereka mentauhidkan-Nya dengan beribadah sebagaimana Dia telah menjadikan bagi mereka tanah suci yang aman sekaligus rumah yang suci, sebagaimana Allah berfirman:
 (إِنَّمَا أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ رَبَّ هَذِهِ الْبَلْدَةِ الَّذِي حَرَّمَهَا وَلَهُ كُلُّ شَيْءٍ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ)
 "Aku hanya diperintahkan untuk beribadah kepada Rabb negeri ini (Makkah) yang telah menjadikannya suci dan kepunyaan-Nya-lah segala sesuatu, dan aku diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (QS. An-Naml: 91).
 Dari ayat 3 yang memberikan kesadaran bagi orang Quraisy agar mereka menyembah kepada Allah Yang Empunya Rumah ini dapatlah dimengerti bahwa Ummat Islam sekali-kali tidaklah menyembah kepada Rumah itu sendiri sebagai penyembah berhala, sebagaimana fitnah dan kata-kata palsu yang dikarang oleh zending-zending Kristen untuk menuduh orang Islam menyembah berhala bernama Ka’bah.
 Di dalam Surat Al-Qashash (28) ayat 57 diperingatkan oleh Allah kepada mereka bagaimana Allah menjadikan tanah Makkah itu jadi tempat tinggal tetap mereka, tanah suci, tanah terlarang, dan segala macam makanan datang dibawa orang ke sana.
 Sedangkan di dalam Surat Al-‘Ankabut (29) ayat 67 diperingatkan pula, tidaklah mereka perhatikan bahwa tanah itu telah Kami jadikan Tanah Haram, tanah terlarang yang aman sentosa, padahal manusia di luar Tanah Haram itu culik-menculik, rampas-merampas, bunuh-membunuh.
 Ibadah: Pengabdian Kepada Allah SWT
 Secara bahasa ibadah adalah merendah, tunduk dan patuh
 Secara Istilah ibadah adalah mentaati perintah Allah SWT dengan menjalankan perintah-Nya yang diwahyukan kepada para utusan-Nya, dan menjauhi larangan-Nya.
 Ada yang berkata: Ibadah adalah segala perbuatan yang dicintai dan diridhai Allah baik ucapan atau perbuatan yang zhahir (terang-terangan) atau batin (sembunyi).
Urgensi ibadah
1. Ibadah merupakan tujuan yang dicintai dan diridhai Allah dan sebagai tujuan penciptaan Jin dan Manusia / Makhluk-Nya (51:56)
2. Allah mengutus para Rasul dengan Risalah Ibadah (7:59, 16:36)
3. Allah mencela orang-orang yang enggan melakukan ibadah (40:60)
Dasar-dasar ibadah
1. Cinta, maksudnya cinta kepada Allah dan Rasul-Nya yang mengandung makna mendahulukan kehendak Allah dan Rasul-Nya atas yang lainnya. Adapun tanda-tandanya :
- Mengikuti sunnah Rasulullah SAW
- Jihad di jalan Allah (berusaha sekuat tenaga untuk meraih segala sesuatu yang dicintai Allah ).
2. Takut, maksudnya tidak merasakan sedikitpun ketakutan kepada segala bentuk dan jenis makhluk melebihi ketakutannya kepada Allah SWT (3:175)
3. Harap, maksudnya seorang hamba dituntut untuk selalu berharap kepada Allah dengan harapan yang sempurna tanpa pernah merasa putus asa.
Pembagian Ibadah
 Ibadah Qalbiyah. Contoh: taqwa, cinta, tawakal, ridha.
 Ibadah Lisaniyah. Contoh: membaca tasbih, tahlil, tahmid, takbir.
 Ibadah Jasadiyah Contoh: sholat, zakat, puasa, haji, jihad dan amal kebaikan
Syarat diterimanya Ibadah
 Ibadah harus dilakukan dengan ikhlas kerana mengharap Ridho Allah dan jauh dari perbuatan syirik. → لاإله إلا الله
 Ibadah harus dilakukan dengan benar sesuai sunnah Rasul→ شهادة أن محمدا رسول الله
Tujuan ibadah
1. Tawajjuh (menghadap) kepada Yang Maha Esa
2. Mencari anugerah dan kebaikan.
3. Perbaikan jiwa (takhalli dan tahalli)
Jadikan seluruh waktu adalah ibadah
Muhammad Quthb berkata:
"Perasaan seorang muslim dalam perjalanan mencari rizki, mencari ilmu, mengupayakan kemakmuran bumi dan setiap aktivitas fisik, akal dan jiwanya adalah ibadah. Ibadah yang dilaksanakan dengan keikhlasan yang sama dengan keikhlasan untuk melaksanakan shalat." Dan ternyata menuntut ilmu, mendidik & membesarkan anak, bekerja keras mencari nafkah untuk keluarga, bahkan menyingkirkan duri dari jalanan pun bisa mempunyai nilai ibadah.
الَّذِي أَطْعَمَهُم مِّن جُوعٍ
"Yang telah memberi makan kepada mereka untuk menghilangkan lapar"
Dalam ayat ini Allah menjelaskan sifat Allah Pemilik Ka’bah yang diperintah untuk disembah, yaitu Allah yang membuka pintu rezeki yang luas bagi mereka dan memudahkan jalan untuk mencari rezeki itu.
Jika tidak demikian tentu mereka berada dalam kesempitan dan kesengsaraan. Dan Dia mengamankan jalan yang mereka tempuh dalam rangka mereka mencari rezeki, serta menjadikan orang-orang yang mereka jumpai dalam perjalanan senang dengan mereka. Mereka tidak menemui kesulitan, baik terhadap diri maupun terhadap mereka. Kalau tidak, tentu mereka selalu berada dalam ketakutan yang mengakibatkan hidup sengsara dan papa.
وَآمَنَهُم مِّنْ خَوْفٍ
"Dan mengamankan mereka dari ketakutan"
 Maksudnya, Allah menganugerahkan kepada mereka rasa aman dan juga keringanan.
 Karenanya, hendaklah mereka mengesakan-Nya dalam beribadah hanya kepada-Nya semata yang tiada sekutu bagi-Nya, serta tidak beribadah kepada selain diri-Nya baik itu dalam bentuk patung, sekutu, maupun berhala.
 Oleh karena itu barangsiapa memenuhi perintah tersebut, niscaya Allah akan menggabungkan untuknya rasa aman di dunia dan rasa aman di akhirat. Dan barangsiapa yang mendurhakai-Nya, maka Dia akan mengambilnya.
Intisari dari surat Quraisy
1. Allah telah mengatur segalanya di dunia ini
2. Allah menjelaskan tentang keutamaan orang Quraisy
3. Wajibnya kita beribadah kepada Allah dan meninggalkan peribadatan selain kepada Allah.
4. Wajibnya bersyukur terhadap nikmat yang diberikan kepada Allah SWT.
5. Penekanan bahwa yang memberi makan manusia dan menjamin dari rasa ketakutan hanyalah Allah SWT.
6. Allah telah mengatur segalanya di dunia ini
7. Allah menjelaskan tentang keutamaan orang Quraisy
8. Wajibnya kita beribadah kepada Allah dan meninggalkan peribadatan selain kepada Allah.
9. Wajibnya bersyukur terhadap nikmat yang diberikan kepada Allah SWT.
10. Penekanan bahwa yang memberi makan manusia dan menjamin dari rasa ketakutan hanyalah Allah SWT.