Cari Blog Ini

Selasa, 15 Februari 2011

tapsir surat alHumazah

Tafsir Surat
Al Humazah
 Surat Al-Humazah adalah surat ke-104 dalam Al-Qur’an. surat ini terdiri atas 9 ayat dan tergolong pada surat Makkiyah.
 Kata Al Humazah berarti pengumpat dan diambil dari ayat pertama surat ini.
 Pokok isi surat ini adalah ancaman Allah terhadap orang-orang yang suka mencela orang lain, suka mengumpat dan suka mengumpulkan harta tetapi tidak menafkahkannya di jalan Allah
 Hubungan Surat Al-Humazah dengan surat sebelumnya:
 Pada surat Al-Ashr Allah menerangkan sifat-sifat orang yang tidak merugi, sedang dalam surat Al-Humazah Allah menerangkan beberapa sifat orang yang selalu merugi
 Hubungan Surat Al-Humazah dengan surat setelahnya:
 Dalam surat Al-Humazah diterangkan bahwa harta tidak berguna sedikitpun untuk menghadapi kekuasaan Allah, sedang surat Al-Fiil menerangkan bahwa tentara gajah dengan segala macam perlengkapan perangnya tidak dapat menghadapi kekuasaan Allah.
 'Ata dan Al Kalbi berkata: "Surat ini diturunkan berkenaan dengan Akhnas bin Syuraiq. Ia senang mengejek-ejek orang dan mencaci mereka, lebih-lebih mencaci Nabi Muhammad SAW“.
 Maqatil berkata: "Surat ini turun berkenaan dengan Al Walid bin Al Mugirah. Ia mencela Nabi Muhammad SAW., di belakang beliau dan membantah bila berhadapan dengan beliau".
 Muhammad bin Ishaq, penulis sejarah nabawiyyah berkata: "Senantiasa kita dengar bahwa surat ini turun berkenaan dengan Umayyah bin Khalaf".
 وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ
 Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat dan pencela
 Kata { وَيْلٌ } (kecelakaanlah) artinya adalah ancaman dan bencana serta siksa yang dahsyat.
 “…bagi setiap pengumpat lagi pencela.”
 Yaitu orang yang suka mengumpat orang lain dengan perbuatannya dari menghina dengan ucapannya.
 Arti kata hamz adalah menghina orang lain dan mencaci mereka dengan menggunakan isyarat atau dengan perbuatan untuk meledeknya. Sementara kata lamz artinya menghina langsung Dalam ayat ini Allah mengancam bahwa kemurkaan dan azab-Nya akan ditimpakan kepada setiap orang yang mengumpat, mencela dan menyakiti mereka baik dihadapan maupun di belakang mereka.
 dengan ucapan. الَّذِي جَمَعَ مَالًا وَعَدَّدَهُ
 yang mengumpulkan harta lagi menghitung-hitung
 Di antara tanda pengumpat dan pencela ini adalah bahwa keinginannya hanya mengumpulkan harta, menghitung-hitungnya serta merasa iri terhadap orang yang memiliki lebih dari dirinya. Ia tidak memiliki hasrat untuk menginfaqkannya di jalan-jalan kebajikan atau untuk menyambung tali silaturahmi dan sejenisnya.
 Dalam ayat ini Ia menyatakan sebab kecelakaan dan kebinasaan mereka yaitu karena mereka memperkaya diri sendiri serta selalu menghitung-hitung harta kekayaannya itu karena sangat cinta dan senangnya kepada harta seakan-akan tidak ada kebahagiaan dan kemulyaan dalam hidup kecuali karena harta. Bila ia menoleh kepada hartanya yang banyak itu ia merasakan bahwa kedudukannya sudah tinggi dari orang-orang sekelilingnya.
 Dia tidak merasa khawatir akan ditimpa musibah karena ia mencerca dan merobek-robek kehormatan orang lain. Karena kecongkakannya ia lupa dan tidak sadar bahwa maut selalu mengintainya, tidak memikirkan apa yang akan terjadi sesudah mati dan tidak pula merenungkan apa-apa yang akan terjadi atas dirinya.
 يَحْسَبُ أَنَّ مَالَهُ أَخْلَدَهُ
 ia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya
 Yakni mengekalkannya di dunia. Oleh sebab itu, usaha dan kerjanya hanyalah untuk mengembangbiakkan hartanya saja, karena ia mengira harta itu akan menabah umurnya. Ia tidak sadar bahwa kebakhilannya justru mengurangi umur dan merusak kehidupan. Justru sikap dermawan akan memperpanjang umur.
 Dalam ayat ini Allah menyatakan salahnya sangkaan pengumpat dan pencerca, bahwa harta yang dimilikinya itu menjamin akan tetap hidup di dunia selamanya. Oleh karena itu tindakan-tindakannya sama dengan tindakan orang yang akan hidup selama-lamanya dan bila ia mati tidak akan hidup kembali untuk menerima balasan atas amal kejahatannya selama hidup di dunia.
 كَلَّا لَيُنْبَذَنَّ فِي الْحُطَمَةِ
 sekali-kali tidak ! sesungguhnya dia benar-benar
 akan dilemparkan ke dalam Huthamah
 Sesudah mengancam orang-orang yang bersifat demikian dengan siksa-Nya yang pedih. Ia menyebutkan pula sebab yang membuat mereka mengerjakan sifat-sifat yang terkutuk itu yaitu mereka mengira bahwa semua harta mereka itu dapat menolong mereka dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi. Ancaman dalam bentuk pertanyaan: "Siapakah yang menyangka bahwa hartanya itu dapat menjamin dirinya dari mati?". Allah menjawab: "Tidak sekali-kali tidak bahkan dia akan dilemparkan ke dalam neraka Hutamah, tidak ada yang memperhatikannya dan tidak pula yang memperdulikan".
 Ali R.A. pernah memberikan nasihat yang berbunyi: "Wahai Kumail, binasalah orang-orang penimbun harta, padahal mereka masih hidup, sedang para ulama akan kekal abadi meskipun jasad mereka sudah hilang namun sifat-sifat keutamaan mereka tetap dikenang dalam hati".
 Maksudnya, penimbunan harta dikutuk, dicela dan dibenci karena manusia tidak mendapat apa-apa dari harta mereka. Sedang para sarjana dan ulama terus menerus terpuji selama terdapat di bumi orang-orang yang mengambil manfaat diri ilmu mereka.
 Menurut Ibnu Katsir, dalam kitab tafsirnya, khuthomah merupakan salah satu nama dari sifat neraka yang mampu menghancurkan badan.
 Khuthomah berasal dari kata hathama yang bermakna memecah dan atau menghancurkan. Dalam kaidah bahasa Arab, huthomah merupakan kata yang bermakna penyangatan yakni; (sesuatu/peristiwa) yang benar-benar mampu memecah-belah dan menghancurkan.Dalam surat al-Humazah 1-3, khuthomah berhubungan dengan tiga perbuatan yakni humazah atau pengumpat dan lumazah atau pencela dan para pengumpul harta yang sombong.
 Menurut al-Rabi' ibn Anas, makna humazah adalah mencela secara langsung berhadap-hadapan sedangkan lumazah adalah mencela di belakangnya.
 Imam Mujahid berpendapat al-humazah itu dengan isyarat tangan atau mata sedangkan lumazah dengan lisan.
 Sedangkan menurut Ibn Abbas humazah dan lumazah adalah pencemaran nama baik dan membicarakan aib orang lain
 Hubungan antara khutomah dan humazah/lumazah dan pengumpul harta yang sombong merupakan hubungan timbal balik. Kedua perbuatan tersebut menjerumuskan manusia ke dalam neraka khutomah, kelak di akhirat. Sebenarnya, kalau saja manusia mengerjakan dua perbutan tersebut di dunia, mereka juga akan merasakan neraka khuthomah dunia.
 Wujud neraka khuthomah di dunia adalah peristiwa atau saat-saat di mana manusia terpecah belah. Umpatan dan juga celaan tentunya akan membuat manusia dalam perpecahan.
 وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْحُطَمَةُ
 DDalam ayat ini Allah menggambarkan betapa dahsyatnya neraka Hutamah dalam bentuk pertanyaan: "Tahukah engkau apa Hutamah?".
 Pertanyaan ini menunjukkan dahsyatnya Naar Huthamah tersebut, dan untuk menimbulakn rasa takut terhadapnya.
 an tahukah kamu apa Huthamah itu
 نَارُ اللَّهِ الْمُوقَدَةُ
 “(yaitu) api (disediakan) Allah yang dinyalakan.”
 Kemudian Allah jelaskan dengan firman-Nya: Hutamah yaitu api yang disediakan Allah untuk menyiksa orang-orang yang durhaka dan berdosa. Tidak ada yang mampu mengetahui apa hakikatnya kecuali Allah penciptanya. Yaitu yang bahan bakarnya manusia dan batu.
 الَّتِي تَطَّلِعُ عَلَى الْأَفْئِدَةِ
 yang (naik) sampai ke hati
 Dalam ayat ini Allah menyatakan bahwa api yang menyala-nyala itu berbeda dengan api dunia. Ia menjilat dan naik sampai ke hulu hati. Ia masuk ke dalam rongga perut sampai ke dada dan membakar hati. Hati adalah yang paling merasa sakit dari anggota-anggota badan lainnya, maka apabila api sampai membakar hati berarti siksa yang dirasakannya itu sudah sampai ke puncaknya.
 Yakni karena sangat panasnya, menembus tubuh hingga ke jantung
 إِنَّهَا عَلَيْهِمْ مُؤْصَدَةٌ
 SDalam ayat ini Allah mengungkapkan bahwa api tersebut berlapis-lapis mengelilingi mereka. Mereka tidak dikeluarkan dari padanya dan tidak pula mampu keluar sendiri. Dalam ayat lain yang hampir sama maksudnya, Allah berfirman: ”Setiap kali mereka hendak keluar dari neraka lantaran mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya”. (Al Hajj:22).
 Dalam tafsir lain disebutkan: Meski demikian panasnya, mereka tetap mendekam di dalamnya, bahkan tidak memiliki harapan lagi untuk keluar darinya. Oleh sebab itu, kata مُؤْصَدَةٌ berarti di tempat yang tertutup.
 esungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka
 فِي عَمَدٍ مُمَدَّدَةٍ
 (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang
 Dalam ayat ini Allah menjelaskan keadaan orang-orang penghuni neraka Hutamah, yaitu yang dipahami dari kata "Muqatil" bahwa pintu-pintu neraka itu ditutup rapat, sedang mereka diikat pada tiang tiang besi, tidak pernah pintu-pintu itu dibuka dan di sana penuh dengan segala macam penderitaan.
 Tujuannya adalah untuk menjadikan mereka putus-asa untuk dapat keluar dari neraka Hutamah itu.
 1. Surat ini menjelaskan tentang dua perbuatan manusia yang dapat menjerumuskan manusia ke dalam neraka khutomah, kelak di akhirat. Sebenarnya, kalau saja manusia mengerjakan dua
 perbutan tersebut di dunia, mereka juga akan merasakan neraka khuthomah dunia. Wujud neraka khuthomah di dunia adalah peristiwa atau saat-saat di mana manusia terpecah belah. Umpatan dan juga celaan tentunya akan membuat manusia dalam perpecahan.
 2. Bahwa perbuatan humazah/lumazah mampu mengobarkan api permusuhan, api kebencian api fitnah, api kedengkian akan terus menerus dinyalakan.
 3. Karena adanya umpatan-umpatan terjadilah perpecahan antar umat beragama dan menimbulkan konflik beragama, celaan-celaan dari tetangga menumbuhkan saling mencurigai, umapatan-umpatan dari istri atau suami memunculkan ketidak harmonisan dalam berumah tangga.
 4. Bahwa sifat dari pengumpul harta yang menumpuk harta kekayaan tanpa mau berinfaq, memicu terbakarnya neraka khuthomah dunia yakni api kesenjangan ekonomi, api kecemburuan sosial, api peningkatan angka kriminalitas, api pengangguran dan api kesejahteraan penduduk yang tidak merata.
 5. Dengan adanya lumazah, humazah dan penumpuk-penumpuk harta yang sombong, komunitas sebuah masyarakat terasa berada dalam oven yang panas, sedangkan penduduknya tidak bisa berlari, hanya bisa menjerit, meronta dan menangis karena di ikat di tiang-tiang yang kuat; yang berwujud api permusuhan.Oleh sebab itulah, dalam kehidupan bermasyarakat hendaknya masing-masing individu dapat hidup berdampingan dan menahan diri untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan tersebut.
 Umpatan, celaan dan juga sombong karena harta, hanya akan amembawa api perpecahan dan api kesenjangan di dalam masyarakat. Maka sebenarnya, yang membuat hidup ini terasa indah, damai dan menyenangkan hanyalah kita sendiri yang dapat mewujudkannya.
 Semoga Allah menyelamatkan kita dari kemurkaan-Nya dan memelihara kita dari kedahsyatan api neraka itu dengan anugerah dan karunia-Nya.
 Amin.